PULANG KAMPUNG : JABON DAN SENGON MENGHADAPI MUSIM KEMARAU

Perkenankanlah saya menulis tulisan dengan judul PULANG KAMPUNG : JABON DAN SENGON MENGHADAPI MUSIM KEMARAU, bukan untuk mempertentangkan tetapi hanya ingin merenungkan dan barangkali ada pencerahan dari kawan-kawan yang lebih berpengalaman. Saya tidak berkepentingan lansung untuk mempertentangkannya karena saya tidak ada kaitannya dengan penjualan atau penyediaan bibit/benih jabon dan sengon saat ini. Saat ini saya menanam dua-duanya tanaman tersebut, jadi saya berkepentingan untuk lebih intensif dan melakukan antisipasi yang diperlukan terhadap musim kemarau terhadap tanaman saya yang sudah ada. Mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan, silakan kami diberi masukan. Mungkin pengamatan saya adalah pengamatan fisik sambil jalan / nyetir  dan mungkin tidak akurat.
Ceritanya adalah :
Pada waktu perjalanan pulang kampung lebaran 2011, saya sengaja melewati jalur selatan pulau Jawa. Pertimbangan ini karena menurut detik.com waktu saya mulai berangkat ada informasi ada kemacetan keluar tol cikampek dan juga pejagan. Saya putuskan lewat jalur selatan dengan sekaligus wisata dengan melihat pohon-pohon sengon dan jabon yang dapat ditemukan.
Data yang diperoleh adalah hanya berdasarkan pengamatan pengamatan visual saya itupun pasti tidak akurat karena saya mengamatinya sepintas sambil nyetir. Kalau ada ketidak akuratan mohon maaf dan tidak ada maksud memenangkan salah satunya.
Sepanjang perjanan mulai dari Malang-Bong (daerah garut) sampai jalur selatan jawa tengan dan DIY, terdapat kesamaan pola yaitu tanaman jabon terlihat relatif tidak segar dibandingkan dengan sengon. Terdapat banyak pelajaran yang saya petik tentang pengamatan terhadap kebun kayu yang diusahakan masyarakat sepanjang jalan yang saya lalui.
Menurut pengamatan saya tampak bahwa di musim kemarau ini, sampai bulan agustus akhir memang kelihatan kering.

Mohon kawan-kawan memberikan pencerahan apakah memang seperti tu atau saya salah mengamati.
Saya menduga bahwa penyebab ketimpangan ini adalah karena daun jabon yang terlihat berdaun lebih lebar sehingga terdapat kesempatan menguap lebih besar. Sedangkan sengon berdaun lebih kecil, penguapan lebih sedikit dan sepertinya dia bisa merontokkan daunnya sebagian (bagian ini mohon dikoreksi jika saya salah). atau alasan lain ???
Di daerah Sokoo, dekat air terjun Pletuk, Ponorogo sengon tampak lebih segar dibandingkan jabon, demikian beberapa kebun yang kebetulan menanam keduanya dalam satu lahan yang sama di Malang.
Pada saat pulang ke Jakarta, saya juga melihat pemandangan yang sama di Pantura tepatnya daerah sekitar palimanan dan pantura lainnya.
Saya juga melihat terdapat sengon yang masih kecil terkena penyakit (mungkin tumor). Sekali lagi saya tidak ingin menjelekan satu sama lain, tapi saran perbaikan yang ingin saya dapatkan.

PEPAYA

Dicari! 5 Pepaya Termahal (Trubus) Sep 11, ’09 3:51 AM
untuk semuanya

MARI PERHATIKAN DATA BERIKUT INI. SATU, PT SEWU SEGAR NUSANTARA (SSN) BUTUH 70 TON PEPAYA/MINGGU. DARI PERMINTAAN ITU BARU TERPASOK 3 TON. DUA, SEBUAH MINIMARKET TERKEMUKA MINTA PASOKAN 10 TON/MINGGU. BAGIAN PEMBELIAN MINIMARKET ITU BAHKAN BERSEDIA MENJEMPUT PEPAYA KE KEBUN.

PT Sewu Segar Nusantara membutuhkan pasokan untuk penuhi permintaan 2.000 outlet buah dan pasar swalayan yang tersebar di berbagai kota. Untuk memasok outlet sebanyak itu, pemasok buah di Tangerang itu mengandalkan hasil panen 2 pekebun di Lumajang, Jawa Timur, dan Sukabumi, Jawa Barat. ‘Kami sulit mencari pasokan karena pekebun masih sedikit,’ ujar Iwan G Rory, global sourcing manager PT SSN.

Salah satu pasar modern yang dipasok SSN ialah Hypermart. ‘Penjualan rata-rata per outlet 50 kg per 2 hari,’ ujar Zoilus Sitepu, national specialist fruit and vegetable Hypermart yang memiliki 40 gerai buah. Tingginya serapan pasar tak hanya dari outlet mitra SSN. Pasar swalayan lain seperti Kem Chicks setiap minggu menghabiskan 470-750 kg pepaya.

IntroduksiBenarkah pepaya langka? Pasar-pasar tradisional memang setiap hari dibanjiri pepaya bulat panjang berbobot rata-rata 4 kg/buah. Sayangnya bukan pepaya bangkok-nama pepaya seperti itu-yang dicari outlet modern. Yang mereka butuhkan pepaya eksklusif dengan kualitas tinggi. Itu hanya bisa dipenuhi oleh 5 jenis pepaya: california, hawai, hawaian citrus, red lady, dan aloha prime. Masing-masing memiliki ciri khas. Pepaya california, misalnya, rata-rata berbobot 1-1,5 kg/buah. Pepaya mungil itu pertama kali diperkenalkan JK Soetanto, pekebun di Subang, Jawa Barat, pada 1998. Meskipun namanya california, tapi sebenarnya ia berasal dari Malaysia.

Yang berbobot lebih kecil dari california ialah hawai, dengan bobot rata-rata 400-500 g/buah. Pepaya yang dikebunkan di Bogor dan Purbalingga itu memang berukuran mungil, dan pertama kali dikebunkan di Hawai pada 1919. Pepaya hawai banyak didatangkan ke Indonesia pada era 1990-an. Menurut Prof Dr Sriani Sujiprihati MS, pemulia dari Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, hawai tidak bisa dijadikan sumber benih lantaran tergolong hibrida. ‘Bila ingin mendapatkan hasil seragam, pekebun mesti memesan benih galur murni dari Hawai,’ ujar alumnus Universiti Putra Malaysia itu.

Pada 2000, IPB merilis pepaya varietas IPB 1 dan IPB 3. Known You Seeds lebih dulu melepas varietas sunrise. Buah dari ketiga varietas itu mirip hawai dengan bobot berkisar 400-600 g/butir. Karena sama-sama mungil, pekebun dan pedagang buah kerap menyematkan nama hawai pada ketiga varietas itu.

Saat ini hawai yang dijual di pasar swalayan kebanyakan berasal dari kebun-kebun di dalam negeri yang menanam IPB 1, IPB 3, dan sunrise. ‘Pedagang tetap menjual dengan nama hawai karena ketika itu harganya mahal, hingga Rp7.000/kg,’ kata Sriani. Varietas hawai ‘asli’ ternyata pernah disilangkan JK Soetanto, menghasilkan varian baru yang dinamakan hawaian citrus. Nama citrus disematkan lantaran ada citarasa asam seperti diberi perasan jeruk. Aromanya pun segar. Ukuran buahnya hampir setara hawai.

Pepaya eksklusif lain ialah red lady, pepaya introduksi dari Taiwan. Menurut Hsueh Fang Ching, dari Known You Seeds Distribution Pte Ltd-distributor benih yang merilis red lady-di Singapura, red lady salah satu pepaya populer di Pulau Formosa. Dagingnya tebal, berukuran jumbo yakni berbobot 1,8-2 kg/buah. Pepaya eksklusif terakhir ialah aloha prime, imigran asal Malaysia yang dikebunkan Budi Dharmawan di Sukabumi, Jawa Barat. Pepaya dari jiran itu juga seukuran hawai.

Sekali santapMenurut Iwan kelima pepaya itu disukai konsumen karena memiliki beragam keistimewaan. Contohnya california dan hawai. Ukurannya mungil sehingga habis sekali santap. Pepaya cukup dibelah, lalu disendok. Sedangkan pepaya bangkok yang berbobot hingga 4 kg/buah biasanya bersisa meski dikonsumsi 4 orang. ‘Pepaya kalau disimpan setelah dikupas rasanya berubah,’ kata alumnus Jurusan Geologi Universitas Padjadjaran itu. Kelima pepaya itu juga berasa sangat manis karena rata-rata berkadar gula 12-14o briks.

Gaya hidup sehat juga menjadi alasan kelima pepaya itu diburu konsumen. Menurut Sriani pepaya mengandung 56 RE (retinol equivalen) vitamin A dan 74 mg vitamin C. Kadar vitamin C pepaya ternyata lebih tinggi ketimbang jeruk yang hanya 29 mg. Vitamin C berperan meningkatkan daya tahan tubuh. Padahal, harga kelima pepaya itu tergolong mahal. Harga california, hawai, dan aloha prime di tingkat konsumen mencapai Rp10.000-Rp12.000/kg, red lady Rp6.500/kg. Harga itu jauh lebih mahal ketimbang pepaya bangkok yang hanya Rp2.500-Rp3.000/kg.

Fakta bagusnya harga pepaya membuat JK Soetanto menanam 30.000 california dan 3.000 hawaian citrus di kebun seluas 30 ha miliknya di Subang, Jawa Barat. Pepaya-pepaya itu berumur genjah. Rata-rata dipanen 6 bulan setelah tanam dari bibit umur 2 bulan asal biji. Menurut Soetanto, biaya produksi untuk budidaya pepaya hanya Rp2.000/kg.

Kelima pepaya mahal itu kini mendominasi di pasar swalayan. ‘Dulu 90% penjualan pepaya di pasar swalayan didominasi bangkok,’ kata Nano Wijayatno, pekebun pepaya di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Alumnus Jurusan Agronomi Institut Pertanian Bogor itu mengebunkan 5.800 hawai, 2.000 bangkok, dan 2.000 california, di lahan 9 ha di Desa Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Sejak September 2008, Nano rutin mengirim ketiga pepaya itu 3-4 kali seminggu sebanyak 2 ton per pengiriman.

Ibana-distributor buah di Semarang-sejak 2007 rutin mengirimkan 15 ton aloha prime per bulan ke beberapa distributor buah di Jakarta. Jumlah itu ibarat bumi dan langit ketimbang permintaan yang mengalir ke anak perusahaan PT Cengkeh Zanzibar itu. ‘Kami ditantang memasok 10 ton pepaya per hari,’ ujar Pien Sanjaya dari Ibana. Karena itu Pien menambah 10.000 aloha prime di kebunnya di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seakan ingin mengikuti jejak sukses Soetanto, Nano, dan Ibana, Cipto Suparno pekebun di Desa Karangcengis, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, rela melepaskan profesi sebagai pekebun melati. Pada 2008, pria 62 tahun itu mengebunkan sehektar pepaya red lady. Cipto juga bermitra dengan 148 pekebun yang tersebar di Desa Karangcengis, Cipawon, dan Panaruban, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, serta Desa Lengkung, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara.

Meski baru 1,5 tahun mengebunkan pepaya, keempat desa itu menjadi sentra pepaya baru. Jumlah areal tanam saat ini mencapai 16 ha yang terdiri dari 3 ha hawai, 10 ha red lady, 3 ha california, dan 1,5 ha red golden. Keempatnya dipilih lantaran permintaannya paling kencang.

Saat Trubus berkunjung pada awal Agustus 2009, Cipto baru panen perdana red lady. Hari itu sebanyak 300 kg red lady dikirim ke Jakarta. Karena jumlah panen masih sedikit, Cipto baru menjual ke 1 pemasok di Jakarta. Itu pun permintaannya belum terpenuhi. ‘Mereka minta pasokan 4 ton/hari,’ kata Cipto. Permintaan juga mengalir dari berbagai kota. Pemasok buah di Semarang meminta pasokan 5 ton/minggu, Bandung 4-5 ton/minggu, dan Yogyakarta 3 ton/minggu. Karena itu Cipto berencana menambah areal tanam hingga 29,5 ha.

KendalaManisnya perniagaan pepaya itu bukan tanpa risiko. Nano mengeluhkan maraknya ancaman hama dan penyakit. Dari 9.800 tanaman hanya 4.000 pepaya yang selamat. ‘Bangkok dan california seluruhnya mati. Yang tersisa hanya hawai,’ ujar Nano. Kematian Carica papaya itu disebabkan serangan beruntun kutu putih dan antraknosa.

Pertama kali kutu putih menyerang seluruh tanaman pada Mei 2008. Sejak 2008 hama itu menjadi momok para pekebun. Menurut Sukani SP, kepala bidang hortikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Paracoccus marginatus meluluhlantakkan 70% pepaya di Boyolali.

Nano mengatasinya dengan mencuci seluruh bagian tanaman dengan larutan deterjen. Berkat perlakuan itu pepaya bebas kutu putih hingga setahun. Persoalan kembali muncul April 2009. Itu diketahui setelah separuh dari 2 ton pepaya yang dikirim ke pasar swalayan dikembalikan lantaran busuk. Mulanya Nano menduga busuk disebabkan guyuran hujan saat pengiriman.

Namun, beberapa hari kemudian banyak tanaman mati. Pada buah dan batang terdapat lingkaran-lingkaran cokelat dan cekung ke bagian dalam. Serangan cendawan Colletotrichum gloeosporioides itu menyebabkan buah dan batang busuk.

Ibana juga kehilangan 4.000 aloha prime lantaran serangan Phytophthora palmivora. Patogen itu menyebabkan busuk batang, daun layu, menguning, dan akhirnya rontok. Serangan hama seperti Thrips parvispinus dan tungau merah Tetranychus kanzawai kini juga mengancam 10.000 tanaman yang baru berumur 2 bulan. Tak ingin tragedi berulang, Hendra Sulistya ATP, pengelola kebun Ibana di Sukabumi, rutin menyemprotkan pestisida dan ekstrak kulit mahoni setiap 2 pekan.

Lantaran ancaman itu, biaya produksi pepaya melambung. Menurut Soetanto, untuk perawatan intensif pekebun mesti merogoh kocek Rp100.000/pohon/tahun. Meski begitu pekebun sebetulnya masih meraup untung. Produktivitas per pohon rata-rata 50 kg pepaya grade A. Dengan harga jual Rp7.000/kg, pekebun masih meraup untung Rp250.000/pohon.

Toh peluang pasar baru terus bermunculan. Contohnya pasar swalayan Papaya yang konsumennya sebagian besar ekspatriat negeri Sakura. Menurut Aliong, supervisor buah dan sayuran Papaya di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, dari tes pasar yang dilakukan hasilnya cukup menggembirakan. ‘Rata-rata 30 pepaya hawai (setara 12-15 kg, red) terjual setiap 2 hari,’ ujarnya. Tak mustahil bila mendatang pasar pepaya termahal itu semakin terbentang. (Imam Wiguna/Peliput: Destika Cahyana, Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa, dan Rosy NA)

WEBSITES TERKAIT :

AGRIBISNIS BUDDIDAAYA PEPAYA DAN PAPAIN ( http://cianjurkab.go.id/content/static/pdf/pepaya.pdf)

Agribisnis Pepaya : Pasar Besar, Pasokan Kurang (http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=881)

http://blog.agroprima.com/?p=26

http://foragri.blogsome.com/kesulitan-budidaya-pepaya/

http://gramediaonline.com/moreinfo.cfm?Product_ID=673375&ClearViewed=1

http://pertanianjanabadra.webs.com/apps/blog/show/6389044-raih-untung-600-ribu-rupiah-per-hari-dari-bisnis-pepaya-california

Kebun Jabon

Saya mencoba menanam jabon walau tidak banyak, itung-itung berkontribusi terhadap penyelamatan bumi, walau sedikit.

Saya lagi mikir kebun ini dapat tumpangsari dengan apa ya ? siapa bisa kasih saran

Website terkait :

KEHUTANAN :

http://www.dephut.go.id

http://www.fkt.ugm.ac.id

http://www.penyuluhkehutanan.com

www.forda-mof.org

 

JABON

http://jabon.web.id/kayu-jabon

http://kayujabon.blogspot.com/